Dunia akan terus berkembang seiring dengan berbagai permasalahan kompleks yang dirasakan oleh manusia. Permasalahan dinamis akan terus berubah dari waktu ke waktu.
Agar dapat bertahan, perusahaan, digital agency, atau pelaku bisnis harus mampu mengurai permasalahan yang ada dengan menciptakan solusi nyata yang dibutuhkan oleh pasar.
Tidak dapat dipungkiri bahwa persaingan di dunia bisnis juga semakin ketat. Perusahaan yang memiliki unique value dibandingkan pesaingnya akan menjadi pilihan di kalangan masyarakat.
Lalu, bagaimana perusahaan dapat menghadapi perubahan dan permintaan pasar yang dinamis ini?
Design thinking menjadi salah satu jawabannya. Mungkin ketika mendengar kata tersebut, Anda akan berpikir bahwa metode tersebut hanya digunakan dalam dunia desain. Nyatanya, metode tersebut dapat digunakan pada berbagai bidang bahkan kegiatan sehari-hari.
Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan design thinking?
Design thinking merupakan suatu pendekatan untuk mencari solusi dengan menempatkan manusia pada pusat dari proses pemecahan masalah.
Penerapan design thinking bagi pelaku bisnis memberikan mereka kesempatan untuk selalu melakukan improvement dalam pengembangan produk.
Hal tersebut dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan dan keinginan pasar yang kian berkembang diikuti dengan perubahan trend di masyarakat.
Mengenal Proses dalam Design Thinking
Pola yang diterapkan dalam design thinking baik dalam fase penggalian masalah maupun pencarian solusi yaitu divergent dan convergent thinking.
Divergent thinking dilakukan untuk mencari sebanyak mungkin masalah yang dirasakan, sebelum akhirnya dirumuskan permasalahan utamanya secara convergent. Begitu pula pada tahap ideation, akan dicari kemungkinan solusi sebanyak-banyaknya untuk kemudian didapatkan solusi terbaiknya.
Design thinking bukanlah suatu proses yang linear, melainkan proses iteratif atau berulang yang berpusat pada pengguna. Adapun tahapan design thinking yang dapat diterapkan dalam suatu bisnis meliputi:
- Empathize
Tahap awal dari design thinking adalah melakukan empati untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam dari masalah yang akan diselesaikan.
Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menempatkan diri kita sebagai pengguna dan merasakan apa yang sebenarnya mereka alami melalui user research.
Pada konteks sosial, empati akan mendorong seseorang untuk melakukan suatu aksi. Ketika berempati pada saat orang lain ada yang mengalami kesulitan, kita akan cenderung untuk membantu meringankan beban mereka dengan berbagai cara.
Sama halnya dalam dunia bisnis, dibutuhkan empati untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Sehingga dapat memperpanjang lifetime suatu produk karena adanya kebutuhan di pasar. - Define
Langkah selanjutnya setelah proses empathize adalah menganalisis hasil atas penemuan selama riset dan observasi dengan menggambarkan kondisi yang terjadi dalam bentuk problem statement.
Metode yang dapat dilakukan untuk mengubah data mentah yang telah dikumpulkan menjadi sebuah informasi yang berarti adalah dengan membuat empathy map serta pertanyaan how-might-we (HMW).
Hasil pada tahap ini dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan solusi. - Ideate
Setelah didapatkan hasil analisis, eksplorasi ide dilakukan untuk menciptakan solusi atas suatu permasalahan. Fase ini memprioritaskan kuantitas lebih dibutuhkan, dibandingkan harus mengedepankan kualitas.
Oleh karena itu, brainstorming dengan anggota tim atau bahkan lintas divisi dapat menjadi solusi untuk mendapatkan sebanyak mungkin ide dalam berbagai perspektif.
Ide-ide tersebut kemudian dikelompokkan untuk mempersempit solusi dan menemukan mana solusi terbaik di antara alternatif yang ada. - Prototype
Langkah selanjutnya adalah merubah ide menjadi suatu produk uji coba, yang menyerupai bentuk aslinya atau prototipe. Tujuan pembuatan prototipe adalah memberikan gambaran nyata atas ide yang sebelumnya telah didefinisikan.
Prototipe dapat terus berubah hingga mencapai produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan sebelum diproduksi secara massal.
Prototyping menjadi sangat penting dilakukan oleh pelaku bisnis. Beberapa keuntungan yang didapatkan melalui pembuatan prototipe di antaranya mampu mempresentasikan future product kepada klien atau customer secara efektif dan efisien, dapat mengidentifikasi kendala teknis yang dialami selama prototyping untuk mengetahui possibility maupun cost dalam kegiatan produksi nantinya, serta mampu merencanakan tahapan implementasi maupun pemasaran produk lebih awal. - Test
Prototipe yang telah dikembangkan pada fase sebelumnya akan diuji pada sampel pengguna. Melalui tahap pengujian, pelaku bisnis dapat mengumpulkan umpan balik lebih awal dan menilai bagaimana pemikiran dan perasaan sejumlah pengguna terhadap produk.
Hal tersebut dapat mengurangi risiko kegagalan produk ketika release ke pasaran, yang secara tidak langsung dapat mengurangi biaya kerugian atas produk yang gagal. Selain untuk menyempurnakan solusi dari feedback yang didapatkan, pengujian prototipe juga dapat digunakan untuk memahami lebih lanjut terkait pengguna.
Meskipun demikian, hasil pengujian seringkali menimbulkan masalah-masalah baru.
Proses pengembangan produk akan terus berulang hingga mencapai formulasi produk yang tepat dan dapat diterima oleh pengguna. Terdengar cukup rumit, bukan?
Jika Anda tertarik untuk menerapkan pendekatan design thinking untuk pengembangan produk, maka pastikan bahwa Anda telah mengetahui tahapan-tahapan dalam design thinking. Namun, jika Anda masih merasa kebingungan, Anda tidak perlu risau.
Suitmedia Kreasi Indonesia sebagai digital agency Indonesia dan digital agency Jakarta dapat membantu Anda melalui strategi, pengembangan produk, dan komunikasi kreatif yang mengacu pada pendekatan design thinking untuk mencapai tujuan bisnis Anda.
Last but not least, pelaku bisnis yang menerapkan pendekatan design thinking dapat mencapai tujuannya baik dari sisi konsumen maupun bisnis. Selain itu, peluang meningkatkan revenue bisa mereka dapatkan.
Banyak produk lokal baik perangkat lunak, maupun produk jadi yang telah sukses dikembangkan dengan design thinking, antara lain Gojek, Kopi Kenangan, Halodoc, dan lain-lain.
Penulis: Sabilatun Najah (Web UX Designer)