Membahas mengenai desain tentu tidak terlepas dari warna-warna yang mendasari di dalamnya. Teori warna atau color theory merupakan salah satu pedoman yang digunakan oleh designer dalam membuat desain. Di kehidupan sehari-hari, pasti Anda sering menemukan desain dengan warna yang cocok dan enak dipandang oleh mata. Namun, di sisi lain ada juga pemilihan warna desain yang kurang tepat sehingga mengakibatkan mata tidak nyaman. Pada umumnya, seorang designer menggunakan color theory supaya user dapat merasa nyaman dengan warna yang disajikan di berbagai desain, baik logo, tampilan UI UX, dan lain-lain. Lalu, apa pengertian teori warna?
Apa itu Teori Warna?
Dilansir dari Interaction Design Foundation, teori warna atau color theory adalah pedoman yang digunakan oleh designer untuk menyampaikan pesan kepada pengguna melalui warna. Secara umum, warna memang bisa dilihat dari sudut pandang masing-masing orang. Ada yang menyukai warna tertentu atau bahkan tidak menyukainya. Untuk memilih warna terbaik setiap saat, designer dapat menggunakan roda warna dan mengacu pada kumpulan pengetahuan luas tentang kemampuan optik manusia, psikologi, serta budaya. Oleh karena itu, sebaiknya designer grafis dapat lebih peka dalam pemilihan warna dengan menggunakan teori warna.
Kenapa Teori Warna itu Penting?
Warna adalah salah satu komponen yang membuat sebuah benda, logo, atau desain menjadi lebih hidup. Menurut Design and Promote, warna menciptakan ide, mengekspresikan pesan, menumbuhkan minat, dan membangkitkan emosi dari pengguna. Oleh karena itu, color theory atau teori warna adalah salah satu pedoman yang harus dipegang teguh oleh para designer. Selain itu, teori warna juga berperan penting untuk kegiatan branding, pemasaran, bahkan penjualan.
Melalui pengetahuan dasar tentang warna dan skema warna, Anda dapat membuat keputusan yang baik dalam membangun citra merek yang efektif, terutama melalui desain. Bayangkan saja jika Anda melakukan social media marketing di Instagram, tetapi warna yang disajikan pada desain postingan bertabrakan dan tidak sesuai dengan teori warna. Otomatis, interaksi Anda dengan pengunjung akan sulit meningkat karena pengunjung tidak tertarik dengan apa yang kamu sajikan.
Color Wheel
Jika dilihat dari sejarahnya, Isaac Newton menemukan roda warna pada tahun 1666. Dalam roda warna, dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu primer, sekunder, dan tersier.
- Primer Menurut Printerius
- Warna primer merupakan jenis warna paling dasar yang wajib kamu kenali. Warna primer jadi warna utama atau “akar” yang tidak bisa didapatkan dengan mencampurkan warna-warna lain karena warna primer adalah root dari segala macam warna turunan. Contoh dari warna primer adalah merah, kuning, dan biru.
- Sekunder
- Warna sekunder adalah warna yang dihasilkan dari gabungan dua dari tiga warna primer di atas. Contohnya, merah + kuning: oranye, biru + merah: ungu kuning + biru: hijau.
- Tersier
- Warna tersier dinilai lebih rumit dari warna primer dan sekunder. Sebab, ini merupakan campuran antara kedua warna tersebut. Agar memahami warna ini dengan baik, Anda harus memahami semua komponen warna lainnya. Pasalnya, tidak semua warna primer dapat digabungkan dengan warna sekunder, dan begitu sebaliknya.
Skema Warna
Setelah membahas mengenai teori warna dan roda warna, kini saatnya kita berlanjut ke pembahasan skema warna. Pada dasarnya, designer mengembangkan skema warna melalui roda warna untuk materi pemasaran. Dilansir dari Usability Geek, skema warna dibagi menjadi beberapa kategori diantaranya:
- Monokrom
- Secara umum, skema monokromatik menggunakan variasi rona yang sama. Skema ini sangat sederhana dan dapat menghasilkan tampilan yang sangat elegan.
- Analogous
- Skema analog menggunakan perpaduan antara warna primer dan juga sekunder. Skema ini dinilai sangat menenangkan dan nyaman untuk digunakan. Bagi bisnis atau digital agency, skema analog tidak hanya enak dipandang, tetapi juga dapat mengajak konsumen untuk mengambil tindakan, seperti membeli produk atau layanan. Nah ini juga merupakan perananan penting dari teori warna melalui skema warna.
- Complementary
- Skema ini menggunakan warna yang berlawanan pada roda warna, seperti merah dan hijau. Biasanya, dalam skema ini akan terlihat kontras yang kuat sehingga sangat terlihat.
- Triadic
- Skema ini dibuat dengan menggunakan tiga warna yang disebar secara merata di seluruh roda warna. Warna-warnanya kemungkinan tidak cerah, tetapi skema dapat mempertahankan kontras yang tinggi.
Sebagai seorang designer dalam suatu bisnis atau digital agency memerlukan pemahaman terkait color theory, terutama dalam membuat suatu desain. Sebagai digital agency Jakarta dan digital agency Indonesia, PT Suitmedia Kreasi Indonesia selalu siap membantu Anda dalam transformasi digital, seperti pengembangan serta desain produk, mobile, dan web development.
Demikian penjelasan mengenai color theory beserta macam-macam di dalamnya. Semoga setelah membaca ini Anda dapat semakin memperhatikan komposisi warna yang diberikan untuk branding, ya!
Penulis: Fahrisal Saputra (Graphic Designer)
Editor: Jessica Patricia (Content Marketing)