Superman, salah satu tokoh pamor di deretan super hero kelas dunia. Sosoknya yang super kuat dan tahan banting terlebih kadang tidak pernah terlihat lelah untuk membela kebenaran, membuat superman jadi idola masyarakat. Deskripsi diatas kadang juga terlihat pada sosok sebagian pekerja. Atasan selalu melihat bahwa karyawannya kuat dan tahan banting sehingga (seolah – olah) tidak akan pernah lelah ketika diberi pekerjaan. Pandangan atasan tersebut memang tidak bisa dianggap salah oleh karyawan karena karyawan cenderung merasa tidak enak kalau menolak perintah dari atasannya walaupun itu berat. Dua alasan tersebut bisa sangat ditolerir ketika perusahaan menganggap bahwa SDM adalah sebuah investasi jangka panjang yang harus di utamakan.

Peran pekerja sebagai faktor inti penentu keberhasilan perusahaan tidak dapat diabaikan begitu saja. Saraji, et.al (2006) menyatakan bahwa tenaga kerja merupakan sumber keunggulan daya saing yang mampu menghadapi berbagai tantangan. Untuk mewujudkan pekerja yang memiliki keunggulan daya saing, memiliki kultur kerja yang positif dan suasana kerja yang kondusif, maka perusahaan atau suatu lembaga harus dapat mengelola dan memperhatikan kepentingan pegawainya. Perusahaan tidak hanya melulu memberikan tuntutan kerja, tetapi juga memberikan pelayanan dan memperhatikan kualitas kehidupan kerja (Quality of Work Life/ QWL) setiap karyawannya.

Menurut Saraji, et.al (2006) Quality of work life merupakan suatu keadaan dari penghayatan subjektif pekerja sebagai hasil dari hubungan timbal balik antara pekerja dan perusahaan untuk mencapai  psychological well-being (aktualisasi diri, produktivitas kerja, kepuasan kerja, dll) sehingga pekerja dapat bekerja dengan optimal. Faktor-faktor yang menentukan QWL adalah faktor lingkungan fisik, faktor psikososial, dan faktor organisasi.

Faktor Lingkungan Fisik adalah sesuatu yang berada di sekitar para pekerja yang meliputi cahaya, warna, udara, tingkat kebisingan serta musik yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Misalnya unsur tingkat kebisingan. Hal ini menjadi sangat penting apabila sebagian dari pekerjaan yang dikerjakan oleh karyawan membutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi. Bila terjadi kebisingan dengan durasi yang lama dan intensitas tinggi tentu saja akan mengganggu tingkat konsentrasi karyawan, yang akhirnya mempengaruhi kualitas hasil kerja karyawan.merupakan suatu keadaan dari penghayatan subjektif pekerja sebagai hasil dari hubungan timbal balik antara pekerja dan perusahaan untuk mencapai psychological well-being (aktualisasi diri, produktivitas kerja, kepuasan kerja, dll) sehingga pekerja dapat bekerja dengan optimal. Faktor-faktor yang menentukan QWL adalah faktor lingkungan fisik, faktor psikososial, dan faktor organisasi.

Untuk Faktor Psikososial bisa diperhatikan dari lingkungan kerja pekerja.Banyak penelitian telah membuktikan bahwa korelasi positif antara suasana lingkungan kerja dengan efisiensi kinerja pekerja. Lingkungan kerja yang baik otomatis akan menghasilkan output yang juga baik untuk sebuah organisasi. Apabila tuntutan terhadap lingkungan kerja terpenuhi dalam arti lingkungan kerjanya baik dan teratur sesuai dengan keinginan pekerja maka hal ini akan berdampak pada naiknya produktivitas kerja. Sebaliknya, lingkungan kerja yang buruk pun akan mempengaruhi turunnya produktivitas pekerja. Hal ini bisa terjadi karena ia merasa “terganggu” dalam pekerjaannya sehingga tidak dapat optimal saat bekerja.

Hubungan yang negatif akan menurunkan kepercayaan antara para pekerja, rendahnya dukungan antar pekerja, dan mengurangi minat dalam mendengarkan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh anggota organisasi. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa rendahnya kepercayaan diantara para pekerja berkorelasi tinggi dengan ambiguitas peran, komunikasi yang buruk, kepuasan kerja yang rendah dan perasaan terancam pada hal-hal yang berhubungan dengan kesejahteraan dan pekerjaan. Lebih ekstrim lagi, hubungan yang negatif antar pekerja dapat menimbulkan kekerasan di tempat kerja.

Sedangkan Faktor Organisasi adalah meliputi:

  • Kompensasi yang adil dan memadai
  • Kondisi kerja yang sehat dan aman
  • Kesempatan langsung untuk menggunakan danmengembangkan kapasitas individu
  • Peluang masa depan dalam peningkatan karir dan keamanan
  • Serta konstitusionalisme dalam organisasikerja

Bisa kita ambil salah satu contoh dari faktor organisasi, seperti kompensasi yang adil dan memadai.Hal ini merupakan landasan utama dariQWL. Manusia bekerja untuk mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu keberhasilan QWL tergantung pada pemenuhan akan kebutuhan ini ini. Kompensasi yang ditawarkan harus memadai yang menandakan gaji harus proporsional dengan apa yang telah diberikan oleh pekerja. Selain itu harus ada konsistensi internal di antara gaji pekerja.

Kesimpulannya adalah penting sekali untuk sebuah perusahaan memperhatikan pekerja yang merupakan intangible asset. Selama ini yang banyak disaksikan di banyak perusahaan baru maupun lama, pekerja bekerja hanyalah semata untuk tujuan bisnis yang bisa menghasilkan uang. Ketika perusahaan sudah mengkapitalisasi pekerjanya maka pekerja tersebut tidak bertahan lama. Akibatnya angka turn over perusahaan tersebut meningkat drastis. Disamping itu di sisi pemilik perusahaan, pekerja harus memberikan performa yang baik. Performa ini bisa dilihat dari produktifitas dan attitude yang baik di dalam bekerja. Tuntutan pekerja dan pemilik perusahaan ini bisa berjalan selaras ketika satu sama lain mengerti hak dan kewajibannya masing-masing.

Jadi, mari kita bersama-sama tidak menganggap diri kita adalah Superman ataupun bos seorang Superman. Jalani dan mengerti hak dan kewajiban masing-masing plus saling terbuka untuk ciptakan suasana positif. Selamat bekerja!

 

Sumber

Saraji, G Nasl & Dargahi, H. 2006. Study of Quality of Work Life (QWL). Iranian J Publ Health, Vol. 35, No. 4, pp.8-14

Ditulis oleh:

Yoga

Human Resource Specialist