Salah satu model pengembangan yang masih sangat populer dan banyak digunakan oleh para pengembang software adalah metode Waterfall. Metode Waterfall sering disebut sebagai metode Air Terjun atau linear-sequential life cycle model. Metode ini menggambarkan pendekatan yang cukup sistematis karena setiap fase nya harus diselesaikan sebelum lanjut ke fase berikutnya, Mengapa demikian? Alasannya metode ini sangat terstruktur dan tidak ada fase yang tumpang tindih.
Ada 6 tahapan metode pengembangan Waterfall dalam pengembangan software, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Requirement Analysis
Tahapan metode Waterfall yang pertama adalah mempersiapkan dan menganalisa dari kebutuhan project yang akan dikerjakan dan dituangkan dalam satu dokumen spesifik yang berfungsi sebagai dasar untuk pengembangan software yang akan dibangun. Dokumen yang dihasilkan merupakan dokumen persyaratan apa saja yang akan ada di aplikasi yang ingin kita bangun. - Design
Tahap kedua adalah proses dimana tahap sebelum dimulainya proses coding. Tujuan utama dari tahap ini adalah agar memiliki gambaran yang jelas mengenai tampilan aplikasi. Pada proses ini akan berfokus kepada pembangunan struktur data, arsitektur software dan design interface aplikasinya. - Implementation
Tahapan metode Waterfall yang selanjutnya adalah pengimplementasian kode program dengan menggunakan berbagai tools dan bahasa pemrograman yang sudah ditentukan di proses sebelumnya. Pada tahap implementasi ini lebih berfokus pada hal-hal teknis, dimana dari proses desain sebelumnya akan diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman oleh tim developer. Biasanya dalam tahap pengembangan ini, akan dibagi menjadi 3 tim yang memiliki tugas yang berbeda, diantaranya adalah:
- Front end
- Backend
- Full Stack (Gabungan antara Front end dan Backend)
- Integration & Testing
Selanjutnya, masuk dalam proses integrasi dan pengujian sistem yang telah dibuat. Pada tahap ini akan dilakukan penggabungan modul yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya, Setelah proses intergrasi sudah selesai dilakukan, kita akan masuk pada pengujian sistem-sistem modul. Tujuannya agar kita tau apakah apalikasi yang sudah kita buat berjalan sesuai dengan requirement nya atau tidak.
Selain itu, pada proses ini akan dilakukan juga uji coba pada fungsionalitas dari aplikasinya. Dengan adanya tahap pengujian, maka bisa mencegah terjadinya kesalahan, bug atau error pada aplikasi sebelum masuk ke tahap selanjutnya. Biasanya orang yang bertanggung jawab untuk melakukan testing yaitu QA (Quality Assurance) dan QC (Quality Control). - Verification
Pada proses ini klien atau pengguna aplikasi, akan menguji apakah aplikasi yang dibuat sudah sesuai dengan spesifikasi yang telah di tetapkan diawal, atau apakah ada kesalahan/ketidaksesuaian pada sistem yang telah dibuat. Jika terjadi error/ketidaksesuaian dalam aplikasi, prosesnya akan mengulang ke tahap sebelumnya. - Operation & Maintenance
Tahapan metode waterfall yang terakhir adalah pengoperasian (penggunaan aplikasi) dan perbaikan dari aplikasi jika setelah digunakan masih ada error pada aplikasi tersebut.
Untuk maintenance sendiri adalah bentuk tanggung jawab dari pengembang untuk memastikan aplikasi dapat berjalan lancar setelah diberikan kepada klien dalam periode tertentu. Dalam artian yang lebih luas maintenance berarti merupakan proses memperbaiki aplikasi ketika ada error atau bug yang terjadi, proses meningkatkan performa aplikasi, dan memastikan apakah aplikasi berjalan dengan baik atau sebaliknya.
Tahapan-tahapan berikut dapat Anda terapkan bersama digital agency Suitmedia. PT Suitmedia Kreasi Indonesia sebagai digital agency Jakarta dan digital agency Indonesia yang dapat membantu bisnis Anda dalam menerapkan tahapan Waterfall untuk mengembangkan software pada aplikasi Anda.
Penulis: Seruni Putri Yudithia (Associate Account Manager)
Editor: Jessica Patricia (Content Marketing)